Petani peternak merupakan salah satu kelompok profesi yang besar tingkat kemiskinan di Indonesia. Selama 10 tahun lebih pengalaman di 9 provinsi dalam pemberdayaan masyarakat. Meski tanpa data Kampoeng Ternak menenemukan bahwa bagi penduduk desa hampir profesi peternak senantiasa dijadikan sebagai profesi sekunder, setelah pertanian. Disisi lain, lahan pertanian penduduk miskin, cenderung semakin menyempit dan tidak produktif.
Bukan tanpa alasan, lahan yang sudah menyempit suatu saat harus dibagi dengan anggota keluarganya atau diatasnya akan dibangun rumah untuk anak-anaknya. Lantas apa pekerjaan mereka kelak setelah lahan pertaniannya habis dibagi atau dijadikan rumah? Prinsip “mangan ora mangan kumpul” masih menjadi tradisi kuat. Petani peternak lebih memilih menjadi kuli atau buruh dan mengelola lahan pertanian para juragan tanah.
Satu satunya harapan mereka adalah menjadi peternak. Simpel alasanya: ternak tidak memerlukan lahan luas, bisa dihitung bagi hasilnya dari anakan setiap empat bulan, memanfaatkan rumput yang melimpah di desa. Meskipun menjadi sambilan, ternyata hasil ternak mampu dianggap sebagai Bank Syariah, syar’i tanpa bunga. Bagi petani peternak miskin, ternak sebagai aset lancar. Siap dijual bila ada kebutuhan mendesak dan urgent. Kami menyimpulkan bahawa ternak bagi penduduk miskin memang menjadi usaha sambilan tetapi memiliki peran utama dalam menopang hidup keluarga. Kalau hasil tani, mereka subsisten, hanya untuk cadangan beras semusim. Tapi ternak untuk cadangan hidup yang tidak mereka tahu kapan akan digunakan.
Lantas apa peran Kampoeng Ternak? Visi kami ingin menjadi lembaga yang terdepan dalam bisnis peternakan berbasis pemberdayaan masyarakat. Benar, tidak hanya peternak besar saja yang mampu bisnis, tetapi Peternak miskin harus diajarkan bisnis. Mereka suatu saat harus berdiri setara dengan peternak lain yang lebih besar. Kampoeng Ternak bermaksud ingin menjadikan mereka mitra dampingan yang setara, dalam membangun bisnis peternakan. Sedangkan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya kami agar peternak ini kelak tidak menjadi lupa akan jati dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang harus di berdayakan bersama-sama.
Hasil evaluasi kinerja perkembangan program peternak tahun kedua di 9 lokasi menunjukkan kenaikan pendapatan rata-rata 15 persen dari sebelum didampingi atau mengalami peningkatan sekitar Rp 150.000,- 700.000 per bulan. Peningkatan ini sangat tergantung pada tingkat penjualan ternak milik masyarakat. Sehingga peran serta semua pihak sangat kami harapkan untuk meningkatkan pendapatan peternak buah pemberdayaan Kampoeng Ternak. Program retail seperti Akikah Nusantara, Sedekah Ternak, pembelian hewan kurban melalui kampoeng ternak menjadi harapan bagi peternak Indonesia, terutama yang telah kami dampingi.
Mimpi peternak untuk lebih maju bersama Kampoeng Ternak akan terwujud melalui dukungan semua pihak. Waallahu alam. [ponco]