Membangun Value Peternakan Indonesia

Ketika hari raya “kurban” maka kita baru sadari bahwa sektor peternakan itu penting. Ya, karena waktu kurban kebutuhan akan kambing, domba atau sapi/ kerbau cukup tinggi khususnya di Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia merupakan pasar yang potensial untuk sektor pangan dan ternak.  Jumlah umat Islam 207.176.162 dari total penduduk Indonesia dari sekitar 259 juta Jiwa, bilamana 10 % saja melaksanakan kewajiban kurban maka dibutuhkan 20,7 juta lebih ternak dalam waktu hari tasyrik. Sungguh pasar yang besar.

Belum bila kita menghitung kebutuhan harian daging, susu dan unggas yang setiap tahun ketergantungan kita sangat besar terhadap impor dari negara asing. “ Populasi dan produksi ternak dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional “ itu alasan yang banyak disampaikan oleh importir. Mereka menilai bahwa kemampuan ternak lokal masih minim, sehingga kebutuhan impor bisa menjadi solusi. Terlepas dari pro dan kontra itu, maka perhatian terhadap Peternakan sekali lagi sangat penting,

Begitu pun, Departemen Pertanian telah menargetkan bahwa 2014, Indonesia menargetkan untuk bisa melakukan swasembada daging. Pemerintah mengklaim telah banyak melakukan berbagai macam program untuk peningkatan produksi ternak dan populasi di seluruh Indonesia. Ratusan milyard bahkan triliunan uang sudah dikucurkan untuk mensukseskan program swasembada daging dari tahun 90 an hingga sekarang. Namun apa daya antara target dengan realisasi belum tercapai. Ada banyak masalah dan kepentingan pengusaha dan berbagai pihak terhadap eksistensi peternakan di tanah air.

Ternyata kita baru sadari, memang peternakan adalah bagian dari sektor strategis yang penting untuk hajat hidup manusia. Bahkan sejak jaman Nabi pun, beternak adalah salah satu profesi yang menjanjikan. Untuk itu, Kampoeng Ternak sangat mendukung semangat Pemerintah untuk pengembangan peternakan. Memang tidak sekedar kebijakan sesaat dan klaim kampanye semangat saja, dibutuhkan sistem dan infrastuktur kebijakan strategis. Sejak Dompet Dhuafa berdiri tahun 1993, sektor peternakan menjadi salah satu bidang yang diperhatikan. Kemiskinan kita ketahui bersama melekat pada petani, peternak dan nelayan. Maka  amanah zakat, hadir untuk mengembangan value peternakan di Indonesia. Kami memimpikan satu saat, muzaki hadir dari peternak. Insya Allah.

Maka tidak hanya sekedar kurban atau konsumsi daging saja, dalam semangat pemberdayaan kampoeng ternak terdapat visi pengentasan kemiskinan dan kemandirian bangsa. Tidak hanya kebutuhan nasional bahkan masa depan Kampoeng Ternak bisa mensuplai kebutuhan ternak untuk pelaksanaan DAM waktu Haji di Mekah. Bukan suatu yang mustahil. Semua tergantung keberpihak kita dan paradikma value apa yang bisa dikontribusikan.

Sedikitnya diperlukan 3 instrumen untuk pengembangan peternakan di Indonesia. Pertama, peningkatan teknologi dalam produksi ternak dan pakan. Kedua, dukungan modal, infrastuktur sarana dan prasarana transportasi dan distribusi yang memadai dari pemerintah. Ketiga, proteksi pasar dan subsidi harga untuk menjamin peternak lokal bisa bertahan. Bilama 3 kaki kemandirian peternak itu bisa dilaksanakan maka kesejahteraan peternak bisa duduk sejajar dengan pelaku usaha lainya.

Penulis adalah Direktur Kampoeng Ternak Nusantara-Dompet Dhuafa, Dewan Pembina Jaringan Peternak Berdaya dan Dosen di Pusbangsitek UIN Jakarta.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.