Oleh Yayan Rukmana (Direktur Kampoeng Ternak, DD)
Langkah pemerintah dalam meningkatkan ketersediaan daging sapi lokal masih belum jelas. Kesalahan dalam penghitungan keseluruhan populasi sapi potensial stok, sebenarnya tidak bisa dijadikan ready stock. Data BPS menyatakan hanya 17,6 % saja yg siap dipotong dari ternak sapi daging, kerbau dan sapi perah.
Faktor kepemilikan juga penting untuk dicermati bahwa 98 % populasi sapi dn kerbau dipelihara oleh rumah tangga, sisanya oleh perusahaan, pedagang dan institusi. Sapi banyak dimiliki oleh peternak kecil rata rata 2-3 ekor, yang sebagian besar tujuan pemeliharaan di rumah tangga sbg tabungan untuk pengembang biakan. Jarang yang orientasinya untuk penggemukan atau bisnis. Bisakah pemerintah merangsang rumah tangga untuk bisnis ternak?
Tidak mudah, karena butuh inisiatif dalam melakukan pemberdayaan masyarakat ternak. Butuh pendampingan baik skill, perilaku, permodalan hingga infrastuktur kelembagaan lokal. Peternak kecil membutuhkan Kementan dn Dinas lebih down to earth.
Sampai kapan terus impor daging?. Tanpa ada inisiatif dalam pemberdayaan peternak kecil. Kemerdekaan pangan bukan suatu keniscayaan. Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa merintisnya sejak tahun 1993 dengan membangun kewirausahaan sosial bidang peternakan. Inisatif untuk dunia.
Referensi : Republika, Senin 4 maret 2013.