Setahun belakangan ini dunia peternakan terus menjadi topik hangat, mulai dari kasus politik, harga daging yang terus meninggi, kelangkaan bibit hingga kurangnya pasokan hasil peternakan seperti daging sapi,susu dan telur.
Kondisi ini terus menjerat peternakan Indonesia, dengan potensi yang dimiliki seharusnya peternakan dapat dijadikan industri yang sangat strategis. Namun kenyataannya produk peternakan kita masih harus dipenuhi dari import.
Dengan keprihatinan ini, Kampoeng Ternak Nusantara sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang peternakan, Rabu 16 Juli 2013 mengadakan fgd “ Gagasan Membangun Bisnis Peternakan di Indonesia”, dengan nara sumber Sri Darmono Susilo-praktisi peternakan.
Pada forum ini Sri Darmono Susilo mengambil konsep peternakan terintegrasi, hal ini juga didasarkan dengan pengalaman beliau ketika mengunjungi beberapa peternakan besar di berbagai negara. Sudah saatnya Indonesia memiliki industri peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan hasil peternakan sendiri.
Sri Darmono menyimpulkan triangle system management dalam bidang peternakan . Tiga komponen yang dimaksud adalah breeder (peternak), financer (pemodal) dan arranger (dokter hewan / akademisi), yang ketiganya harus memiliki hubungan erat dan saling mendukung.
Dompet Dhuafa telah memiliki beberapa lembaga yang dapat mendukung pertanian teritegrasi ini, misalnya dengan menggabungkan pertanian (PSI), peternakan (KTN), perikanan (PSI), kehutanan dan usaha mikro (MM) dalam satu kawasan. Penggabungan subsektor ini dianggap lebih efisien karena hampir keseluruhan limbah dapat dimanfaatkan.
Walaupun tidak mudah sudah peternakan Indonesia harus segera bangkit, tentunya dukungan semua pihak sangat diperlukan agar peternakan kita terlepas krisis yang terus mendera.
Author : Nina Arisanti- Marcom