Duta Besar Belgia untuk Indonesia, Patrick Hermann menyatakan kagum dengan keberhasilan Indonesia mengembangkan sapi jenis Belgian Blue dengan sangat baik di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
“Saya sangat senang mendengar keberhasilan Indonesia mengembangkan sapi jenis Belgian Blue melalui teknologi tranfers embrio dan inseminasi buatan,” kata Patrick saat mengunjungi BET Cipelang, Minggu.
Patrick menyebutkan, keberhasilan Indonesia menjadi sangat penting terutama bagi negaranya, karena secara tidak langsung Belgia berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan melalui peternakan salah satunya di Indonesia.
“Saya berharap Indonesia bisa menjadi unggul dalam memproduksi sapi-sapi berkualitas di Asia. Karena kita tidak hanya berbicara tentang kebutuhan sapi yang tinggi, tapi juga persoalangan ketahanan pangan,” katanya.
Patrick juga kagum dengan kemampuan peneliti peternakan di Indonesia dalam mentrasfer teknologi dari luar dan mengkombinasikannya dengan teknologi dari dalam yang jarang dilakukan negara-negara lainnya. Dan BET Cipelang mampu membuktikan, penggunaan teknologi dari luar, berhasil diterapkan di Indonesia.
“Kedutaan Besar Belgia mendukung program Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan produksi daging dalam negeri. Melalui kerjasama transfer teknologi dari luar, dan mengkombinasikannya dengan budaya lokal. Untuk kemudian jangka panjang dimanfaatkan sumber daya lokal, menghasilkan genetik unggul, yang akan meningkatkan produksi daging,” kata Patrick.
Patrick melakukan kunjungan kerja di BET Cipelang yang berada di kaki Gunung Salak, ketinggian 800 mdpl untuk melihat keberhasilan BET memproduksi sapi Belgian Blue dari Belgia.
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi, Syukur Iwantoro menyebutkan, sapi Belgian Blue, jenis sapi Belgia memiliki bobot mencapai 1,5 ton dalam waktu dua tahun. Sapi tersebut berhasil dikembangkan melalui teknologi transfer embrio dan kawin silang yang dilakukan BET Cipelang.
“Metode transfer embrio dan kawin silang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencari bibit sapi unggul, baik dari lokal maupun luar dalam rangka mencapai swasembada sapi 2027,” kata Syukur.
Kepala BET Cipelang, Oloan Parlindungan menjelaskan, Sapi Belgian Blue diproduksi melalui dua metode yakni kawin silang dan transfer embrio. Proses produksi melalui beberapa kali percobaan. Untuk transfer embrio dilakukan sebanyak 10 kali, hanya satu yang bunting dan melahirkan satu ekor Sapi Belgian Blue jantan dengan bobot 62,5 kg.
“Sapi ini diberi nama Gatot Kaca, sesuai postur tubuhnya yang baru lahir ukurannya tiga kali lipat sapi ukuran normal,” katanya.
Sedangkan untuk metode Inseminasi Buatan (IB) atau kawin silang, menggunakan sperma dari Belgian Blue dan indukan sapi Indonesia jenis Limusin, FH dan Simmental dilakukan 45 kali percobaan dan hanya 18 yang bunting. Dari 18 sapi bunting, tersebut hanya lahir enam ekor, masing-masing dengan bobot rata-rata 45 kg.
Ia mengatakan, sapi berjenis Belgian Blue akan dikawinsilangkan kembali dengan sperma Belgian Blue lainnya, hingga mendapatkan jenis Belgian Blue Indonesia yang genetiknya mencapai 75 persen.
“Dengan kadar genetik 75 persen ini, sapi bisa mencapai bobot 1,5 ton dalam waktu dua tahun atau dua kali bobot sapi limusin. Karkasnya bisa sampai 73 persen, sedangkan sapi lokal hanya 47 persen,” kata Oloan. (Sumber : Antara )