Oleh : drh. Ajat Sudarjat
Sampai dengan saat ini jarang sekali ditemukan perhitungan analisa usaha perbibitan ternak, baik dalam buku-buku panduan di perguruan tinggi, di sekolah menengah, ataupun buku-buku komersil yang ada di toko-toko buku. Yang banyak sekarang beredar adalah perhitungan analisa usaha pada kegiatan penggemukan. Sedikitnya informasi analisa usaha perbibitan tersebut bisa disebabkan karena masih sedikitnya perusahaan atau individu yang menjalankan usaha perbibitan atau masih sulitnya perhitungan analisa usaha perbibitan jika dilihat dari aspek bisnis, sehingga para pelaku usaha merasa tidak percaya diri untuk mengekspos hasil usahanya. Mungkin ini juga yang menyebabkan kurang bergairahnya usaha di bidang perbibitan ternak. Alasan klasiknya biaya tinggi dan memerlukan waktu yang sangat lama sehingga tidak feasible dan bankable menurut perhitungan analisa usaha.
Pada tulisan ini penulis akan menyampaikan salah satu cara perhitungan pendapatan dalam sebuah perbibitan ternak domba (bisa juga untuk kambing pedaging) menurut parameter reproduksi. Kunci utama dalam perhitungan parameter reproduksi ini adalah data reproduksi ternak yang valid di kandang, karena tanpa informasi data yang benar maka hasil perhitungan tersebut tidak bisa dijadikan rujukan. Data-data yang diperlukan adalah data tanggal kelahiran, jumlah induk total, jumlah induk yang melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan, jumlah anak yang mati sebelum sapih (di bawah 4 bulan), dan bobot sapih (bobot anak saat disapih umur 4 bulan).
Dari data-data di atas akan diperoleh beberapa istilah parameter reproduksi, yaitu : Litter Size (LS), Mortalitas Anak Prasapih (MAPr), Lambing Interval (LI), dan Bobot Sapih (BS). Litter size adalah jumlah anak per kelahiran, cara menghitungnya dengan membagi jumlah anak yang dilahirkan dengan jumlah induk yang melahirkan. Mortalitas anak prasapih adalah persentase jumlah anak yang mati sebelum disapih, cara menghitungnya dengan membagi jumlah anak yang mati sebelum disapih dengan jumlah total anak yang dilahirkan. Lambing interval adalah jarak (hari) antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya, cara menghitungnya dengan menghitung jumlah hari antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya. Bobot sapih adalah bobot anak umur 4 bulan, cara memperolehnya dengan melakukan penimbangan anak umur 4 bulan.
Setelah memperoleh data litter size, mortalitas anak prasapih, lambing interval, dan bobot sapih, langkah selanjutnya adalah mencari nilai parameter reproduksi lainnya yang berkaitan dengan perhitungan pendapatan, yaitu : Indeks Reproduksi Induk (IRI) dan Produktivitas Induk (PI). Indeks reproduksi induk diperoleh dari perhitungan litter size, mortalitas anak prasapih, dan lambing interval. Sedangkan Produktivitas Induk dihitung dengan mengalikan indeks reproduksi induk dengan bobot sapih. Untuk lebih jelas tentang rumus-rumus perhitungan semua parameter reproduksi di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Parameter Reproduksi | Rumus |
Lambing Interval (LI) | LI = (Tanggal kelahiran waktu tertentu) – (Tanggal kelahiran sebelumnya)
(Menghitung jarak antara kelahiran pada waktu tertentu dengan kelahiran sebelumnya) |
Litter Size (LS) | LS = Jumlah anak yang dilahirkan
Jumlah induk yang melahirkan (Menghitung jumlah anak tiap kelahiran) |
Mortalitas Anak Prasapih (MAPr) | MAPr = Jumlah anak yang mati prasapih X 100 % Jumlah anak total
(Menghitung persentase kematian anak prasapih/dibawah empat bulan) |
Indeks Reproduksi Induk (IRI) | IRI = LS X (1-MAPr) LI/365
(Menghitung banyaknya anak yang dihasilkan tiap induk per tahun) |
Produktivitas Induk (PI) | PI = IRI X Rataan bobot sapih (BS)(Menghitung bobot ternak yang dihasilkan tiap induk per tahun) |
Berikut ini penulis sampaikan contoh perhitungan dengan informasi yang berasal dari data reproduksi pada perbibitan ternak domba garut di peternakan rakyat yang dibina oleh Kampoeng Ternak Nusantara Karya Masyarakat Mandiri di wilayah Kabupaten Garut dan Sukabumi. Data yang dimasukkan merupakan data rataan beberapa parameter reproduksi yang ada di kedua wilayah peternakan rakyat tersebut.
– Litter size (LS) : 1,60 – Lambing interval (LI) : 240 hari
– Mortalitas anak prasapih (MAPr) : 10 % – Bobot sapih (BS) : 15 Kg
Yang pertama kali dihitung adalah Indeks Reproduksi Induk (IRI) dengan menggunakan rumus seperti tabel di atas :
IRI = 1,60 x (1 – 0,10)/(240/365) = 2,19 anak/induk/tahun
Selanjutnya menghitung Produktivitas Induk (PI) dengan rumus di atas :
PI = 2,19 x 15 = 32,85 Kg anak/induk/tahun
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka satu ekor induk menghasilkan 2,19 ekor anak per tahun atau setara dengan 32,85 Kg anak per tahun. Apabila diasumsikan harga rata-rata ternak domba garut pedaging pada saat ini Rp. 50.000,- per kilogram, maka induk tersebut menghasilkan Rp. 1.642.500,- per tahun atau Rp. 136.875,- per bulan. Jadi dalam perbibitan ternak domba garut dalam satu bulan seekor induk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 136.875,-. Data tersebut tinggal dibandingkan atau dikurangi biaya operasional per ekor induk per bulan. Maka akan diperoleh keuntungan per bulan per ekor induk. Perhitungan ini dapat juga dipergunakan oleh peternak dalam skala usaha yang lebih besar bahkan skala industri. Selamat mencoba. Wallahu a’lam.
Konsultasi dan Pelatihan Manajemen Ternak
PT Karya Masyarakat Mandiri
Parung Hijau I, Jl. Mangga Raya Kav. 46
Kemang-Bogor-16310
CP: Ahmad Rizal Zein
Telp/WA: 0812 9602 756
Email : [email protected]